Senin, 26 Maret 2012

etika keperawatn

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN
“Penerapan Etika Keperawantan di Kaitkan dengan Nilai Sosial Budaya”



Di susun oleh :

Dela Apri Masfailla   Nim: 130 111 057
TINGKAT IB
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN M.H.THAMRIN
PRODI D3 KEPERAWATAN
JAKARTA 2011/2012
KATA PENGANTAR

            Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan hidayatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini, makalah ini berjudul tentang “Penerapan Etika Keperawantan di Kaitkan dengan Nilai Sosial Budaya” Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah.







Jakarta, 21 februari2011

                                                                                                            Kelompok 2




DAFTAR ISI

Halaman…………………………………………………………………………………..i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………...ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………..iii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..………1
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………….……………2
1.3 Tujuan………………………………………………………………..…………...…...2

BAB II
PENGERTIAN NILAI SOSIAL BUDAYA
2.1 Pengertian Nilai Sosial Budaya………………………………………………………
2.2 Tanggungjawab ini memerlukan pelaksanaan etika keperawatan…….………..3

BAB III
PENERAPAN ETIKA KEPERAWATAN DALAM NILAI SOSIAL BUDAYA
3.1 Penerapan etika keperawatan dalam nilai sosial budaya
3.2 Sikap Prefesional Perawat di Kaitkan dengan nilai social budaya

BAB IV
HUBUNGAN NILAI SOSIAL BUDAYA DENGAN ETIKA KEPERAWATAN
4.1 Hubungan Nilai Sosial Budaya dengan Etika Keperawtan

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran…………………………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….18


BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Nilai-nilai budaya mengacu pada cita-cita abadi atau sistem kepercayaan yang seseorang atau suatu masyarakat berkomitmen. Nilai-nilai keperawatan di Amerika, misalnya, tertanam dalam nilai-nilai budaya Amerika Serikat dengan penekanan pada kemandirian dan individualisme ( Davis, 1999 ). Dasar dengan nilai ditempatkan pada individualisme adalah keyakinan bahwa "individu memiliki kemampuan untuk menarik diri dengan bootstraps mereka" dan bahwa hak-hak individu lebih penting daripada sebuah masyarakat.
Namun, banyak budaya tidak berbagi keunggulan nilai individualisme. Mempertimbangkan data faktual disajikan oleh Davis bahwa sekitar 70% dari semua budaya kolektif (yaitu, loyalitas seseorang untuk kelompok melebihi hak-hak individu) daripada individualistis (yaitu, hak-hak individu supercede orang-orang dari kelompok) . "Dengan individualisme, pentingnya ditempatkan pada input individu, hak dan manfaat" ( Andrews, 1999, hal. 476 ). Dalam banyak kebudayaan, keputusan kesehatan tidak dibuat oleh individu tetapi oleh grup: keluarga, masyarakat dan / atau masyarakat. Obat disosialisasikan atau perawatan kesehatan pemerintah yang disponsori untuk semua penduduk adalah mencerminkan nilai ditempatkan pada kolektivisme.
Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh para anggota suatu masyarakat tertentu sebagai ”yang salah” atau ”yang benar” (Berkowit Z,1964) petimbangan moral adalah penilaian tentang benar baiknya sebuah tindakan. Akan tetapi tidak semua penilaian tentang ”baik” dan ”benar” itu merupakan pertimbangan moral, banyak diantaranya justru merupakan penilaian terhadap kebaikan / kebenaran, estesis, teknologis / bijak. Jadi jelas bahwa seorang perawat harus benar-benar mempertimbangkan nilai-niali moral dalam setiap tindakannya. Seorang perawat harus mempunyai prinsip-prinsip moral dan nilai sosial budaya.


2. Rumusan Permasalahan
Ø  apakah pengertian nialai social budaya ?
Ø  Bagaimana penerapan etika keprawatan dikaitkan dengan nilai social budaya ?
Ø  Seperti apa sikap propesional perawat yang dapat di kaitkan dengan nilai social budaya?
3.Tujuan
Tujuan penulis membuat makalah ini pembaca dapat mengetahui:
Ø  Pengertian nilai social budaya
Ø  penerapan etika keprawatan dikaitkan dengan nilai social budaya
Ø  Sikap propesional perawat yang dapat di kaitkan dengan nilai social budaya




BAB II
PENGERTIAN NILAI SOSIAL BUDAYA

1.2 Pengertian Nilai Sosial Budaya
Pengertian tentang budaya dan nilai. Kedua kata itu memiliki banyak interpretasi tapi setiap kata memiliki hubungan utama dengan disiplin Homebase primer Budaya adalah antropologi.. Homebase utama Nilai adalah filsafat, terutama yang berkaitan dengan etika. Satu dapat mengidentifikasi himpunan bagian dari kata-kata yang terkait dengan setiap. Untuk budaya, hal yang segera muncul dalam pikiran adalah etnosentrisme, pengenaan budaya, impor budaya, dan ekspor budaya. (Lihat definisi dan asumsi ) Untuk nilai-nilai, hal yang segera muncul dalam pikiran adalah kepercayaan sistem dan norma-norma. Karet memenuhi jalan ketika dua istilah yang bergabung: nilai-nilai budaya. Oleh karena itu, tujuan kita dalam menulis artikel ini adalah tiga: a) untuk memperjelas hubungan antara nilai-nilai budaya, etika, dan konflik etika, b) untuk menunjukkan dengan contoh-contoh dari budaya dominan di Amerika Serikat bagaimana sikap budaya dan nilai-nilai dalam keperawatan dapat menyebabkan konflik sebagai akibat dari meningkatnya globalisasi, dan c) untuk merumuskan strategi keperawatan untuk mengurangi konflik etika yang terkait dengan nilai-nilai budaya.
Nilai-nilai budaya mengacu pada cita-cita abadi atau sistem kepercayaan yang seseorang atau suatu masyarakat berkomitmen. Nilai-nilai keperawatan di Amerika, misalnya, tertanam dalam nilai-nilai budaya Amerika Serikat dengan penekanan pada kemandirian dan individualisme ( Davis, 1999 ). Dasar dengan nilai ditempatkan pada individualisme adalah keyakinan bahwa "individu memiliki kemampuan untuk menarik diri dengan bootstraps mereka" dan bahwa hak-hak individu lebih penting daripada sebuah masyarakat.
Namun, banyak budaya tidak berbagi keunggulan nilai individualisme. Mempertimbangkan data faktual disajikan oleh Davis bahwa sekitar 70% dari semua budaya kolektif (yaitu, loyalitas seseorang untuk kelompok melebihi hak-hak individu) daripada individualistis (yaitu, hak-hak individu supercede orang-orang dari kelompok) . "Dengan individualisme, pentingnya ditempatkan pada input individu, hak dan manfaat" ( Andrews, 1999, hal. 476 ). Dalam banyak kebudayaan, keputusan kesehatan tidak dibuat oleh individu tetapi oleh grup: keluarga, masyarakat dan / atau masyarakat. Obat disosialisasikan atau perawatan kesehatan pemerintah yang disponsori untuk semua penduduk adalah mencerminkan nilai ditempatkan pada
Setiap perawat memiliki nilai dan perilaku pribadi masing-masing. Kode etika propesi membawa perubahan perilaku personal kepada perilaku propesional dan menjadi pedoman bagi tanggujawab perorangan sebagai anggota profesi dan tanggungjawab sebagai warga negar. Tanggung jawab  propesional berdasarkan anggapan bahwa propeesi keperawatanberkerja sama dengan kelompok asuhan  kesehatan (kelompok asuhan yang dimasud adalah profesi dokter, ahli gizi, tenaga farmasi , tenaga laboratorium,kesehatan lingkungan dll). Untuk meningkatkan kesehatan, semengurangi penderitan, dan menemukan pencapaian tujuan berdasarkan kebutuhan manusiawi. Setiap perawatan harus bertanggungjawab kepada seseorang yang sakit maupun yang sehat , keluarga, dan masyarakat.
2.2 Tanggungjawab ini memerlukan pelaksanaan etika keperawatan
Tanggungjawab ini memerlukan pelaksanaan etika keperawatan yang berkaitan dengan peraturan yang relevan dengan keperawatan. Tanggungjawab ini antara lain :
Ø  Perawa melaksanakan melaksanakan pelayanan dengan menghargai derajat manusia.
Ø  Perawat melindungi hak pasien/klien, kerahasian pasiren,melibatkan diri hanya terhadap hal yang relevan dengan asuhan keperawatan.
Ø  Perawat mempertahan kompetensinya dalam praktik keperawatan, mengenal dan menerima tanggungjawab untuk kegiatan dan keputusan yang akan di ambil.
Ø  Perawat melindungi pasien/klien bila keperawatan dan keselamatan diganggu oleh orang-orang yang tidak berwenang,tidak etis, atau tidaak legal.
Ø  Perawatan mempertimbangkan orang lain dengan criteria tertentu apabila akan melegendasikan tugas atau menunjuk seseorang untuk melakukukan kegiatan keperawatan.
Ø  Perwat berpartisipassi dalam kegiatan riset bila hak individu yang menjadi subjek dilinddungi.
Ø  Perawat berpartisipassi dalaam usaha profesi untuk meningktkan standar pratik dan pendidikan keparawatan.
Ø  Perawat bertindak melalui organisasi profesi keperawatan, berperan serta dalam mengdakan dan mempertahankan kondisi perkerjaan yang memungkinkan kualitas asuhan keperawatan yang tinggi.
Ø  Perawat berkerjasama dengan anggota profesi kesehatandan orang lain dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat.
Ø  Perawat menolak tawaran untuk subjek advertensi atau promosi komersial.



BAB III
PENERAPAN ETIKA KEPERAWATAN DALAM NILAI SOSIAL BUDAYA

3.1 Penerapan Etika Keperawatan dalam Nilai Sosial Budaya
Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Dan perawat dihaaraapkan harus ramah, baik bertabiat halus/ lembut, jujur dapat dipercaya, cerdas , cakap, terampil, dan mempunyai tanggungjawab moral yang perilng baik. Perawat harus perperilaku yang dapat dihargai orang lain, menyadari bahwa dirina adalah perawat yang perilakunya akan mengetahuipasien,teman, keluarga, dan masyarakat. Apabila perilakunya tidak diterima, dia akan dikritik oleh teman sejawat atau masyarakat. Hal ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien. Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin saling menghormati dan menghargai diantara keduanya.
Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan perawatan.
Dengan demikian, para perawat dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar dan seksama. Oleh karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan.
Selain dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa nama baik rumah sakit antara lain ditentukan oleh pendapat / kesan dari masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai-pegawai kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi pekerti.yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala jabatan, termasuk jabatan perawat.
3.2 Sikap Prefesional Perawat di Kaitkan dengan Nilai Social Budaya
Perawat yang menggambarkan persaudaran penting dalam tanggung jawab social. Setiap oaring mempunyai paling tidak seorang teman dekat dan beberapa teman biasa. Teman adalah aorang membantu kita dalam mengerjakan sesuatu. Persahabatan sangat penting dalam kehidupan, diperlukan untuk membantu kita menjadi seseorang yang kita kehendaki. Teman adalah seseorang yang kita banggakan , yang membuat kita senang, dan kepada siapa kita bertukar pengetahuan.
Dalam keperawatan , merupakan peilaku yang tidak benar apabila membayangkan orang lain yang menjadi tanggungjawab. Kadang –kadang ada perbedaan anggapan tentang perilaku yang baik, tetapi kebanyakan akan setuju apabila seseorang mempertahankan standar profesi yang akan membawadirinya dalam situasi professional.keberasilan perawat dalam keperawatan bergantung pada konsep diri dan tuanya menjadi perawat. Kemampuan intektual perawat sangat penting. Kemampuan ini diukur dengan barbagai cara perawat memenuhi tanggungjawab keperawatan.

Intergritas pribadi sangat penting dalam keperawatan, semua orang harus jujur kepada dirinya sendri. Ini memberikan dasar integritas dalam kehidupan professionalnya. Akan ada kemungkinan terjadi kesalahan. Orang yang berhati besar mengakui kesalahanya, tetapi orang berhati kecil tidak akan mengatakan apa-apa, tetapi bertahun tahun akan menderita karena menderita karena perasaan bersalah. Apabila perawat membuat kekeliruan, sebaiknya dibicarakan dengan orang yang tepat dan tentukan pengetahuan , keterampilan atau sikap yang mendasari terjadinya kekeliruan.






BAB IV
HUBUNGAN NILAI SOSIAL BUDAYA DENGAN ETIKA KEPERAWATAN

4.1 Hubungan Nilai Sosial Budaya dengan Etika Keperawtan

Hubungan dengan budaya Indonesia menganut kebiasaan timur, saling menghormati terutama kepada orang yang lebih tua, baik tua dalam usia , dalam pengalaman , dalam pendidikan maupun dalam kedudukan. Masyarakat Indonesia terkenal sangat ramah,  mempunyai sifat gotong royong, keberhasilan dalam pergaulan akan terarah pada diri kita masing-masing. Kita tidak bisa memanggil nama orang dengan nama saja kepada yang belum banyak dikenal pasien kita, lebih-lebih pada orang yang lebih tua. Hendaknya memangil orang dengan predikat yang telah umum digunakan di daerah setempat agar lebih akrab, misalnya dengan memanggil “ Mbak”untuk wanita  dan “Mas” untuk peria, memangil “Ibu” atau “Bapak” kepada wanita dan peria yang lebih tua  di daerah jawa. Begitu pula di daerah lain, bisanya panggilan “Bapak” dan “Ibu” diterima juga di daerah lain untuk yang muda maupun yang tua.

Penghargaan jasa kecil apapun harus diberikan, misalnya dengan ucapan “terima kasih” terhadap tindakan yang memantu kita. Komunikasi dimulai ketika bertemu denga orang lain. Banyak bahan untuk memulai komunikasi , misalnya mengucapkan “ Selamat pagi” atau “Selamat siang” atau “Selamat malam”, sesuai dengan waktu pertemuan perawat dan pasien. Bagi perawat yang lebih mudah menghargai posisi lebih tinggi, dengan sopan santun, mendahulukan mereka untuk lewat atau memberikan mereka duduk, memberikan mereka tempat duduk yang lebih depan, memberikan kesempatan mereka berbicara lebih dahulu dan lain-lai

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang dibahas didepan, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan adalah bahwa peran etika keperawatn sangat berkaitan  dengan nilai sosial buday. Seorang perawat dalam menghadapi pasien, harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Dan perawat dihaaraapkan harus ramah, baik bertabiat halus/ lembut, jujur dapat dipercaya, cerdas , cakap, terampil, dan mempunyai tanggungjawab moral yang perilng baik.Perawat akan merasakan kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadi interaksi perawat dan pasien.

5.2 Saran
seorang perawat yang pertama harus mencintai pekerjaannya.Perawat harus mempunyai kepribadian yang baik.Perawat sebisa mungkin menjalin komunikasi dengan pasien, sehingga bisa terjalin hubungan yang akrab diantara keduanya.Perawat harus bisa membawa / menempatkan diri dimana ia berada. Seorang perawat harus mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas yang tinggi terhadap sesama. Karena dengan begitu, antara perawat dan pasien akan terjalin hubungan yang baik. Perawat akan merasakan kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadi interaksi perawat dan pasien




DAFTAR PUSTAKA

Andrews, MM (1999). Keragaman budaya dalam tenaga kerja perawatan kesehatan. Dalam MA Andrews & JS Boyle, konsep Transcultural dalam asuhan keperawatan (3 rd ed, pp 471-506.). Philadelphia: Lippincott.
Bellack, JP, & O'Neil, EH (2000). Menciptakan praktek keperawatan bagi abad baru. Rekomendasi dan implikasi dari laporan akhir PPS kesehatan profesi komisi Perspektif Perawatan dan Kesehatan, 21 (1), 14-21.
Davis, AJ (1999). Global pengaruh keperawatan Amerika: Beberapa isu-isu etis Etika Keperawatan:. Sebuah Jurnal Internasional untuk Profesional Kesehatan, 6 (2), 118-125.
Donnelly, PL (2000). Etika dan lintas budaya keperawatan. Journal of Transcultural Nursing, 11 (2), 119-126.
Gibson, DM (2000). Internasionalisasi pendidikan tinggi. Dalam ML Kelley & VM Fitzsimons (Eds.), Memahami keragaman budaya: Budaya, kurikulum, dan masyarakat dalam keperawatan. Boston: Jones dan Bartlett.
Heller, BR, Oros, MT, & Durney-Crowley, J. (2000). Masa depan pendidikan keperawatan: 10. Tren untuk menonton Perspektif Perawatan dan Kesehatan, 21 (1), 9-13.
Leininger, M. (1991) Budaya perawatan keragaman dan universalitas: Sebuah teori keperawatan.. Jakarta: Liga Nasional untuk Keperawatan Press.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar